KEBERLANJUTAN AIRTANAH BEBAS DI WILAYAH PROPINSI DKI JAKARTA DAN SEKITARNYA

KEBERLANJUTAN AIRTANAH BEBAS DI WILAYAH PROPINSI DKI JAKARTA DAN SEKITARNYA

23/05/2013
Lecturer: Abdurrachman Asseggaf

.

Jakarta merupakan kota yang telah berkembang dengan pesat yang membutuhkan berbagai sumberdaya alam yang ada di sekitarnya dan salah satunya adalah sumberdaya air, baik yang berupa mataair, air sungai ataupun airtanah. Kondisi geomorfolcgi dan geologi wilayah sangat memungkinkan terdapatnya airtanah ataupun mataair dan aliran sungai yang mempunyai hulu di selatan wilayah Jakarta. Meningkatnya perkembangan penduduk wilayah Propinsi DKI Jakarta, telah meningkatkan pula kebutuhan akan airbersih. Tetapi kebutuhan airbersih ini hanya terpenuhi kurang dari 55 % dan sisanya dipenuhi melalui airtanah, baik melalui sumur gali ataupun sumur bor dengan berbagai kedalaman. Sejak tahun 1982 pemerintah daerah mulai melakukan pengamatan muka airtanah di wilayah Jakarta, hingga tahun 2003 telah terdapat 52 buah sumur pantau (Automatic Water Level Recording/AWLR), 50 sumur pantau dangkal dan sumur gali penduduk yang tersebar di Kodya Jakarta Timur, Selatan dan Barat. Berdasarkan hasil pengukuran (Dinas Pertambangan DKI Jakarta & Usakti, 2005) diperoleh data kedalaman muka airtanah 0,50 hingga 51 meter (mts), sedangkan wilayah Jakarta Timur dan Selatan mempunyai kedalaman muka airtanah 1,0 hingga 32,0 meter (mts). Hasil analisis data terkumpul perioda 2002 - 2005 menunjukkan bahwa MAT terdangkal (basah) terjadi pada bulan Maret - April dan terdalam (kering) terjadi pada bulan Oktober - Nopember; perbedaan MAT terdangkal terhadap puncak curah hujan adalah dua (2) bulan serta MAT terdalam (kemarau) adalah dua (2) bulan. Sumur pengamat (SD) dekat ke sungai mempunyai kecenderungan (trend) relatif stabil, dan yang jauh dari aliran sungai mempunyai trend negatif (turun). Aliran sungai Ciliwung daerah Lenteng Agung - Pasar Minggu dapat bersifat recharge ataupun discharge